Muna – SPBUN Jompi Jaya Sentosa Tampo di Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna, diduga menyalahgunakan bahan bakar minyak (BBM), yang mengakibatkan kelangkaan pasokan bagi masyarakat dan nelayan. Pengisian BBM dalam jumlah besar menggunakan jeriken mengganggu distribusi yang seharusnya melayani kebutuhan umum.
Ketua Komisi Eksternal Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM FH-UHO), Wahyudin Pratama, menilai bahwa situasi ini sangat merugikan masyarakat, terutama nelayan.
“Ini adalah permasalahan serius yang tidak bisa dibiarkan, karena berdampak pada masyarakat, khususnya para nelayan,” ujarnya.
Wahyudin juga mencurigai bahwa pasokan BBM yang diterima SPBUN sekitar 8 ton per minggu, hanya 5 ton yang benar-benar disalurkan untuk masyarakat.
“Ada sekitar 3 ton yang tidak jelas peruntukannya,” tambahnya.
Wahyudin menduga ada oknum yang menimbun BBM untuk kepentingan pribadi, yang memperburuk kelangkaan dan antrean panjang.
“Distribusi BBM di SPBUN harusnya mengutamakan kendaraan dan nelayan yang membutuhkannya langsung,” katanya, mengingatkan bahwa kelangkaan ini akan semakin merugikan masyarakat jika dibiarkan.
Jion, warga Tampo, mengungkapkan keluhan atas antrean panjang yang terjadi.
“Kami sudah kesulitan sejak beberapa minggu terakhir. Antrean panjang hanya untuk membeli sedikit BBM, sementara pembeli dengan jeriken bisa membawa banyak,” ujarnya.
Ia menambahkan, kelangkaan BBM ini juga menghambat para nelayan untuk melaut dan berdampak besar pada penghasilan mereka.
Selain itu, Jion juga mengungkapkan bahwa harga BBM di pengecer mulai meningkat akibat kelangkaan yang disebabkan oleh dugaan penimbunan.
“BBM botolan mulai dijual dengan harga yang jauh lebih mahal, kami terpaksa membelinya karena tidak ada pilihan lain,” tutupnya.*